Menebak Arah Kepemimpinan Prabowo Cs Dengan Mengenal Sosok Fadli Zon dan Ungkapannya




Dimusim black campaign menjelang Pilpres 2014 ini semua informasi biasanya diserap dan dibaca baik-baik oleh para pemerhati. Adapun black campaign bisa menjadi pola pandang baru bagi setiap individu yang ingin memberi "saringan" bagi siapa yang akan dipilih walaupun tentunya program, cara pendekatan dan latar belakang setiap calon tetap jadi bahan acuan utama.

Nah, terkait dengan semua isu yang bisa diakses penulis tergelitik oleh satu sosok dari Partai Gerindra yang lebih sering muncul ketimbang Ketua Umumnya. Dia adalah Fadli Zon sang Wakil Ketua Umum. Berikut adalah beberapa berita pilihan mengenai sosok Fadli Zon.



"Prabowo Subianto juga perlu mewasdai Fadli Zon," ujar Zulkipli.

JAKARTA, Jaringnews.com - Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, blunder. Pernyataannya bahwa SBY sebagai presiden lebih sibuk mengurusi partai ketimbang negara, menuai kritikan. Terlebih lagi ia mengatakan bahwa Presiden Soeharto tidak pernah sekalipun berpidato dan bicara soal internal parpolnya.

"Saya sungguh menyayangkan komentar Fadli Zon yang kini sedang menempuh S3 di Program Studi Sejarah FIB UI, seperti tuna sejarah, ditambah lagi koleksi buku di Fadli Zon Library yang konon mencapai 45 ribu buah," sindir pendiri Indonesia Media Watch (IMW) RM Zulkipli kepada Jaringnews.com via pesan singkat, Minggu (10/2).

"Walau sesungguhnya Fadli tak sepenuhnya salah, karena menurut Presiden Soeharto dalam pidato kepada pembekalan caleg priode 1997-2002 di Istana Negara 9 Agustus 1997, kekuatan sosial politik terdiri dari dua partai politik, Golkar dan ABRI," beber Zulkipli.

Zulkipli mengutip keterangan M. Natsir, tokoh yang yang berkali-kali diklaim Fadli sebagai idolanya. Zulkipli menuturkan, M.Natsir pernah menulis kerisauannya tentang pidato Presiden Soeharto di muka Rapat Pimpinan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di Pekanbaru, Riau, 27 Maret 1980 yang meminta ABRI mendukung Golkar dalam pemilihan umum.

"Cukuplah dulu satu keterangan dari M. Natsir tersebut. Semoga Fadli Zon tidak memiliki maksud tertentu dari pernyataannya yang membelokkan sejarah tersebut. Dan kalau Fadli tidak meralat komentarnya, saya kira semua pihak, termasuk Prabowo Subianto juga perlu mewasdai Fadli Zon," ujar Zulkipli.

Di akhir pesannya kepada Jaringnews.com, Zulkipli pun membeberkan penggalan pidato Soeharto yang dirisaukan Natsir, yang luput dari riset Fadli Zon, "Lebih baik kami culik satu dari dua pertiga anggota MPR yang akan melakukan perubahan Undang-Undang..."

http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/34050/bikin-blunder-rm-zulkipli-semoga-fadli-zon-rajin-membaca




Fadli Zon: Pelanggaran HAM Itu Enggak Penting!

JAKARTA- Calon presiden (Capres) 2014 dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto terus diterpa isu miring terkait tudingan pelanggaran HAM yang dilakukannya pada 1998. Namun, hal itu dinilai takkan berpengaruh terhadap pencalonan Prabowo.

Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Rakyat Indonesia Raya (Gerindra), Fadli Zon mengklaim bahwa Gerindra telah melakukan survei ke masyarakat. Hasilnya, saat ini masyarakat sudah tak peduli dengan kasus tahun 1998.

"Kami sudah survei ke masyarakat, yang penting sekarang ini soal pangan, sembako, dan sejenisnya. Untuk soal pelanggaran HAM itu enggak dianggap penting oleh masyarakat," ujar Fadli Zon, Kamis (7/11/2013).

Dia pun mengatakan, kasus 1998 hanyalah senjata politik untuk tahun 2014. "Silakan saja kalau kasus ini dijadikan senjata politik di 2014, tapi kalau begitu kan artinya siapa yang menggunakan senjata itu, siapa yang memesan. Kita tidak khawatir," tegasnya.

Lebih lanjut, Fadli menegaskan isu kasus pelanggaran HAM tahun 1998 merupakan isu lama yang didaur ulang menjelang tahun politik 2014. 

"Ini kan isu lama yang didaur ulang menjelang tahun politik, selalu dimanfaatkan tiap jelang Pilpres di 2004 dinaikkan lagi (isunya), di 2009 naik lagi walau enggak terlalu kencang, dan sekarang jelang 2014 naik lagi," ujar Fadli.

Menurutnya, Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo juga kerap mengklarifikasi terkait dengan kasus 98. "Seingat saya sekira lima atau enam kali pak Prabowo menggelar konpers, dan saya selalu mendampingi. Tapi kita tidak khawatir karena sudah clear. Pelaku kasus ini sudah diadili di mahkamah milliter, kenapa harus diadili di tempat lain? Kan sudah clear, ada yang dipenjara, ada yang dipecat," tegasnya. (ugo)


0 komentar:

Posting Komentar

wibiya widget